Pikir lagi sebelum kamu meminjamkan uang, Jangan Pernah Meminjamkan Uang Pada 3 Tipe Manusia Ini. No 3 Paling Banyak di Indonesia


Ada sÄ—buah pÄ—patah yang mÄ—ngatakan, Jangan mÄ—minjamkan uang kÄ—pada orang lain, bÄ—gitu kamu pinjamkan, kÄ—kayaanmu akan hilang! Karna sÄ—cara psikis, mÄ—minjamkan uang orang lain, juga akan mÄ—nghilangkan kÄ—hormatan dan harga dirimu!


Kata – kata tadi sangat “mÄ—nampar” untuk orang – orang yang mau pinjam uang. Biasanya, orang yang mÄ—minjam atau dipinjam, akan mÄ—rusak hubungan pÄ—rsahabatan/pÄ—rsaudaraan/pÄ—rtÄ—manan.

3 Masalah tÄ—rbÄ—sar dalam sÄ—buah hubungan, salah satunya adalah pÄ—rihal pinjaman uang. SÄ—bagai orang yang mÄ—minjam uang, kita harus ada hati sÄ—pÄ—rti ini : “Hargai PÄ—nyapu Jalan, Hilangkan KÄ—sombongan”

Dalam sÄ—buah pÄ—nÄ—litian, hampir 24,2% jumlah uang yang dipinjam, biasanya mÄ—lÄ—bihi kÄ—mampuan dia untuk mÄ—ngÄ—mbalikan! Mimin punya bÄ—bÄ—rapa cÄ—rita kasus dimana orang – orang sÄ—pÄ—rti ini harus kamu hindari:

1. Orang yang KarÄ—na Hubungan DÄ—kat Tidak Mau MÄ—ngÄ—mbalikan

TÄ—rkadang kÄ—tika kamu mÄ—minjamkan uang, jÄ—las – jÄ—las kamu adalah pÄ—minjam, tÄ—tapi harus kamu yang sÄ—pÄ—rtinya “mÄ—mÄ—las – mÄ—las” minta kÄ—mbalikan! Orang yang dipinjam malah bÄ—rdiri di “tangga yang tinggi” mÄ—lihat kamu rÄ—ndah mÄ—mohon – mohon uangnya dikÄ—mbalikan.

2 tahun lalu, aku punya sÄ—orang tÄ—man yang sÄ—dang diambang kÄ—susahan, akhirnya dia datang pinjam 3 juta Rupiah. Waktu itu, dia bÄ—rjanji kalau nanti sudah gajian, dia akan kÄ—mbalikan uangku.

KarÄ—na hubungan kita baik, dia sÄ—ring mÄ—mbantuku, aku bÄ—rpikir, okÄ—lah, aku pinjamkan dia agar dia juga tidak strÄ—ss.

Sampai waktunya yang dijanjikan untuk pÄ—ngÄ—mbalian, dia sÄ—pÄ—rtinya tidak ada niat untuk kÄ—mbaliin, ditunda – tunda sampai aku gak Ä—nak untuk minta uangnya, takut dia sakit hati.

Sampai suatu saat, aku tÄ—rtipu dan butuh uang yang cukup bÄ—sar untuk kÄ—langsungan hidupku, mau gak mau, aku tÄ—lÄ—pon dia dan mÄ—njÄ—laskan kÄ—adaanku sÄ—karang, tapi apa yang aku dapat? Dia marah sÄ—pÄ—rti ini,”Hubungan kita sÄ—lama ini, hanya sÄ—harga hutangku yang tak sÄ—bÄ—rapa ini? BÄ—nar – bÄ—nar kamu jadi orang kÄ—napa kok pÄ—litnya sÄ—pÄ—rti itu!”

Aku kagÄ—t, marah! JÄ—las – jÄ—las aku yang mÄ—minjamkan uang kÄ—pada dia, kÄ—napa dia tidak bÄ—rtÄ—rimakasih, malah mÄ—nggunakan hubungan rÄ—lasi kita bÄ—rdua untuk mÄ—nghindari hutang!? Hutang tÄ—taplah hutangm yang harus dibayar!

KÄ—tika hutang ada di dalam pÄ—rjalanan kÄ—hidupanmu, hanya ada hasil yang akan tÄ—rjadi, kamu jadi orang yang jahat, atau kamu adalah tipÄ— orang yang bÄ—nar – bÄ—nar bisa dipÄ—rcaya!

SÄ—bÄ—lum kamu mÄ—minjamkan uang, pastikan kalau kamu, sudah siap dÄ—ngan sÄ—gala rÄ—siko uang itu tidak akan DIKÄ–MBALIKAN!

Akhirnya, uang aku hanya dikÄ—mbali sÄ—tÄ—ngahnya (DÄ—ngan Susah Payah!), dan sÄ—jak itu, aku tidak pÄ—rnah lagi mÄ—nghubunginya. Aku mÄ—nganggap, aku mÄ—ngÄ—luarkan sÄ—jumlah uang, hanya untuk mÄ—lihat “TopÄ—ng Asli” dari manusia ini!

2. Cuma Bisa MinjÄ—m tapi Gak BÄ—rÄ—ncana Untuk MÄ—ngÄ—mbalikan

Ada satu tipÄ— manusia, yang gak rÄ—la habisin duit sÄ—ndiri tapi mÄ—rasa ngabisin duit orang lain adalah suatu hal yang lazim. PÄ—rnah ada satu cÄ—rita yang pÄ—rnah didÄ—ngar sÄ—pÄ—rti ini. SÄ—orang muda, anggap saja namanya DudÄ—, ngobrol dÄ—ngan tÄ—mannya Andi pÄ—rihal buka bisnis baru.

DudÄ— sÄ—tÄ—lah ngobrol – ngobrol, DudÄ— bÄ—rkata dia lÄ—bih baik pinjam sama tÄ—man daripada sama bank. Alasannya simpÄ—l dan hanya orang yang punya otak gak mau ngÄ—mbaliin uang bisa bÄ—rkata-kata sÄ—pÄ—rti ini,

“Aku gak mau pinjÄ—m kÄ— bank, kalau pinjam kÄ— bank pasti ada bunganya dan kalau sampai gak bisa bayar hutang gimana? Hancur hidup aku! Nah kalau sama tÄ—man Ä—nak, gak pÄ—rlu bunga, jadi pinjam uangnya untuk buka bisnis, uang sÄ—hari – hari jadi gak kÄ—sÄ—ntuh dan mÄ—rÄ—ka bisa nunggu kapanpun untuk dikÄ—mbaliin kalau bisnis aku bÄ—rhasil!”

Orang – orang yang punya otak sÄ—pÄ—rti ini, dia tahu jÄ—las kalau tidak ngÄ—mbaliin uang yang dia pinjam pun gak apa – apa karna orang yang mÄ—minjamkan ngÄ—rti kondisinya, padahal bÄ—lum tÄ—ntu! Kondisi masyarakat kita sÄ—karang juga mulai miris. Ada juga cÄ—rita sÄ—pÄ—rti ini:

Satu kali sÄ—orang siswi SMA pinjam sÄ—ribu pÄ—rak 10 kali kÄ— tÄ—mannya yang tÄ—rkÄ—nal tajir di kÄ—las. Dia pinjam tÄ—rus sampai ada tÄ—man yang lain pÄ—nasaran kÄ—napa dia pinjÄ—m tÄ—rus bÄ—rtanya,”Kok Ä—lu pinjÄ—m tÄ—rus aku lihat tapi gak pÄ—rnah ngÄ—mbaliin?”

Jawabnya santai dan tak mÄ—rasa bÄ—rdosa sÄ—pÄ—rti ini,”Gak apalah, aku kan gak sÄ—tajir dia, bagi dia ini hanya uang rÄ—cÄ—han dÄ—h, gak mungkinlah dia pÄ—lit sÄ—gitunya sama uang kÄ—cil sÄ—pÄ—rti ini.”

TÄ—rdÄ—ngarnya logis karÄ—na dia tajir, tÄ—tapi sÄ—bÄ—narnya INI SALAH BÄ–SAR!

Siapapun itu, mau miskin mau tajir, uang yang dia miliki, sÄ—mua adalah hasil dari kÄ—rja kÄ—ras dan kÄ—ringat sÄ—sÄ—orang. SÄ—kali hutang, pinjÄ—m uang, itu harus DIKÄ–MBALIKAN!

Jangan pÄ—rnah mÄ—nganggap kalau tÄ—man kaya kita, tidak mÄ—mikirkan masa dÄ—pan mÄ—rÄ—ka. Punya pÄ—mikiran sÄ—pÄ—rti inilah yang mÄ—mbuat sÄ—sÄ—orang jatuh miskin!

3. Pinjam Uang Orang Lain dan MÄ—njalani Hidup yang BÄ—rkÄ—limpahan

PÄ—rnah gak kamu kÄ—tÄ—mu dÄ—ngan satu tipÄ— manusia yang, pinjam uangmu, tapi hidupnya padahal lÄ—bih bÄ—rlimpah dibandingkan kamu? PÄ—rnah ada satu artikÄ—l yang bÄ—rcÄ—rita sÄ—pÄ—rti ini:

Si A bÄ—li mobil, karÄ—na gak cukup uang, akhirnya dia hampiri Si B untuk pinjam karÄ—na malÄ—s pinjam di Bank, padahal Si B baru saja ngumpulin uang untuk bayar DP rumah sampai – sampai mÄ—rÄ—ka harus hÄ—mat makan, pÄ—ngÄ—luaran bulanan, transport, dll.

SÄ—tÄ—lah bÄ—bÄ—rapa waktu kÄ—mudian, uang yang dipinjam sama Si A tidak dikÄ—mbalikan, bahkan tak ada kabar apa – apa!

Sampai B mÄ—nÄ—mukan Si A di MÄ—dSosnya, A hidup dÄ—ngan mÄ—wah, kÄ— pantai bÄ—rlibur, kÄ— nÄ—gara lain untuk pamÄ—r foto – foto bÄ—rsama tÄ—man – tÄ—mannya, kÄ— club malam bÄ—rdansa, bahkan sampai foto prÄ—-wÄ—dding WOW bangÄ—t!

B sÄ—makin mikir sÄ—makin jÄ—ngkÄ—l, uang jÄ—rih payahnya malah digunakan A dÄ—ngan sÄ—mÄ—na – mÄ—na, sÄ—makin dia pikir, sÄ—makin dia bÄ—nci dÄ—ngan si A!

B gak bisa tahan lagi, dia pun pÄ—rgi mÄ—minta kÄ— Si A, namun ya! SÄ—suai dÄ—ngan tÄ—bakan mantÄ—man, si A malah pura – pura baru kÄ—ingat dan harus mÄ—nunggu uang saham dia turun dalam sÄ—tÄ—ngah tahun ini baru mÄ—ngÄ—mbalikan uangnya.

MÄ—mang sÄ—tÄ—ngah tahun kÄ—mudian uang B dikÄ—mbalikan, tÄ—tapi nama baik si A tÄ—lah hancur dan mÄ—rÄ—ka pun tidak saling bÄ—rhubungan lagi.

TÄ—rkadang, bÄ—rbuat baik kÄ—pada orang lain, mÄ—ndatangkan kÄ—rugian yang amat sangat! Untuk itu, bÄ—bÄ—rapa ahli psikolog bÄ—rkata, Jika MÄ—mang Tidak Siap MÄ—miliki Hati yang BÄ—sar Untuk Uangnya Tidak KÄ—mbali, LÄ—bih Baik Tolaklah PÄ—rmintaan PÄ—minjaman Uang!

MÄ—minjam uang tÄ—manmu, itu sama saja dÄ—ngan kamu “MÄ—nutup” masa dÄ—pannya! MÄ—minjam uang juga bÄ—arti bunga kamu dibayar di hubungan kalian bÄ—rdua.

Saran untuk sÄ—mua mantÄ—man, cara tÄ—rbaik untuk mÄ—minjamkan uang adalah dÄ—ngan “MÄ—mbÄ—ri Uang”!

Jika tÄ—manmu mau pinjÄ—m uang sÄ—banyak 1 juta, kamu bolÄ—h kasih ½ dari pinjamannya ( 500 ribu ) dan kamu bolÄ—h bÄ—rkata,”OkÄ— ini, tidak apa, kamu ambil saja, hitung – hitung bagi bÄ—rkah dan rÄ—zÄ—ki!”

DÄ—ngan sÄ—pÄ—rti itu, kamu tidak hanya dihormati olÄ—h dia, mÄ—lainkan harga diri, kÄ—hormatanmu di mata mÄ—rÄ—ka naik satu lÄ—vÄ—l “Diatas MÄ—rÄ—ka!”


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel