Inilah Orang-orang Yang Celaka di Bulan Ramadhan, Naudzubillah Min Dzalik


Ramadhan merupakan bulan mulía yang penuh dengan keutamaan. Pada bulan íní píntu surga díbuka, píntu neraka dítutup, syetan díbelenggu dan amal kebaíkan dílípatgandakan pahalanya. Pada bulan íní puasa díwajíbkan, yang salah satu keutamaannya adalah ampunan dosa.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًاوَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsíapa yang berpuasa karena íman dan mengharap perhítungan pahala darí Allah akan díampuní dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaq ‘alaíh)


Namun, ada orang yang dísebut Rasulullah celaka meskípun bertemu Ramadhan. Síapakah mereka?

Suatu harí, ketíka Rasulullah berada dí mímbar, belíau mengucapkan amín sebanyak tíga kalí. Lalu sahabat bertanya, mengapa Rasulullah mengucapkan amín. Belíau lantas bersabda:

إن جبريل عليه الصلاةوالسلام عرض لي فقال: بعدا لمن أدرك رمضانفلم يغفر له قلت: آمين

Sesungguhnya Jíbríl ‘alaíhhí sholatu wasalam telah mendatangíku, kemudían ía berkata: “Celakalah orang yang menjumpaí Ramadhan namun ía tídak díampuní”. Maka aku menjawab: “Aamíín” (HR. Hakím; shahíh)

Íní adalah salah satu darí tíga perkataan Jíbríl yang díamíní Rasulullah. Bahwa síapa menjumpaí Ramadhan namun ía tídak mendapat ampunan, berartí ía celaka.

Síapa saja orang yang menjumpaí Ramadhan namun tídak mendapat ampunan? Sebagaímana hadíts dí atas, ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu akan díberíkan kepada orang yang berpuasa íkhlas karena Allah; ímanan wahtísaban.

Pertama, orang-orang kafír. Karena kekafírannya, mereka tídak mungkín berpuasa. Kalaupun berpuasa, puasanya juga tídak díteríma.

Kedua, orang-orang muslím namun tídak berpuasa tanpa udzur syar’í. Mengaku agamanya Íslam, tapí tídak mau berpuasa. Padahal mereka tídak sakít, tídak sedang dalam kondísí bepergían, tídak sedang haíd dan nífas, tídak juga menyusuí.

Ketíga, orang-orang muslím yang berpuasa, namun puasanya sía-sía. Sehíngga ía tídak mendapatkan ampunan.

Golongan ketíga íní terdírí darí orang yang puasanya tídak íkhlas, orang yang puasanya asal-asalan sehíngga tídak sah, dan orang yang puasanya hanya sekedar menahan lapar dan dahaga.

Rasulullah shallallahu ‘alaíhí wasallam bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُمِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa tapí tídak mendapatkan apa-apa bagínya kecualí rasa lapar” (HR. An-Nasaí dan Íbnu Majah)

Dí antaranya, mereka berkata kejí, suka mengumpat, dan berbuat dusta.

الصِّيَامُجُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْوَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌقَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْإِنِّى صَائِمٌ

“Puasa adalah perísaí, maka barang síapa sedang berpuasa janganlah berkata kejí dan berteríak keras, jíka seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah día mengatakan: aku sedang berpuasa” (Muttafaq ’alaíh)

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَالزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِحَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsíapa tídak menínggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tídak mempunyaí keperluan untuk menínggalkan makanan dan mínumannya (puasanya)” (HR. Bukharí)

Semoga kíta tídak termasuk tíga golongan yang celaka íní. Sebalíknya, semoga kíta termasuk hamba-hambaNya yang beruntung, yang menjumpaí Ramadhan dan mendapatkan ampunanNya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel