Terharu, Ibu NonMuslim Buka Semua Oleh-Oleh Cokelat Demi Takjil Penumpang Feri

Ujian kesabaran umat Islam yang berpuasa kerap muncul ketika Ramadan. Halangan menghadapi buka puasa kerap terjadi begitu saja.
Begitu pula, sebagian penumpang yang menaiki kapal feri dari Langkawi ke Kuala Kedah, Malaysia. Kapal feri yang mereka tumpangi tiba-tiba menghadapi masalah teknis di tengah laut dan terpaksa berbalik arah.
Muhammad Nasir Kadir mengatakan, dia bersama keluarganya berada di atas kapal feri tersebut dengan tujuan Langkawi ke Alor Setar, Kedah. Dia mengatakan, ketika menaiki kapal, tak ada persiapan membeli bekal untuk berbuka puasa.
" Feri yang kami naiki sebetulnya sampai di Terminal Feri Kuala Kedah pukul 6.30 petang. Jadi, kami menyangka masih sempat untuk berbuka di rumah," ujar Nasir dikutip dari Mstar, Jumat, 10 Mei 2019.
Tapi, saat perjalanan kira-kira pukul 6 petang, kru kapal mengumumkan kapal feri mengalami kerusakan. Kapal harus kembali ke Terminal Feri Kuah.
" Sampai di Terminal Feri Kuah sudah pukul 19.00 terus kami naik ke feri lain dan bertolak ke kuala kedah," kata dia.
2 dari 3 halaman

Makan Cokelat Agar Tak Lapar

Dalam perjalanan ke Kuala Kedah, terdapat petugas feri yang menjual minuman. Tetapi, jumlah yang disediakan tak bisa didapat sebagian penumpang.
Tetapi, kemudian seorang perempuan Tionghoa mendekati Nasir. Perempuan itu menawarkan cokelat untuk berbuka puasa.
" Bibi itu mengatakan, kalau hanya minum saja tak mungkin kenyang. Dia tak hanya membuka satu kotak pak untuk penumpang, tetapi membuka semua kotak cokelat miliknya untuk dibagi-bagikan," ucap dia.

Diikuti Para Penumpang Lain

Setelah aksi bibi itu, para penumpang feri non-Islam itu turut menawarkan makanan dan minuman ke penumpang yang ingin berbuka.
" Tak hanya bibi itu saja, namun makin banyak yang membagi-bagikan makanan. Ada yang memberikan air minum, makanan, serta biskuit. Jujur, saya rasa ingini menangis terharu karena aksi tersebut," kata dia.
Nasir menceritakan, pengalamannya yang terjadi di hadapan matanya itu membuka matanya. Sikap rasis itu merupakan kehendak per orangan, bukan sekelompok ras.
" Kami hanya dapat berterima kasih, tak sempat untuk membalas jasa budi mereka. Kepada bibi berbaju merah itu, kalau kami dapat bertemu dengan bibi lagi, kami sekeluarga ingin ajak bibi untuk berbuka puasa bersama," ucap dia.(Sah)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel