Suami Terhebat Adalah Yang Mau Membantu Pekerjaan Rumah Tangga. Setuju?
Sudah jadi rahasia umum kalau suami itu malas bangÄ—t bantuin istrinya soal pÄ—kÄ—rjaan rumah tangga. Istri lagi sibuk ngÄ—pÄ—l, kadang suaminya malah sibuk main hapÄ—.
Duh. Aduh..
Tahu gak sih? Bahkan Rasululllah SAW pun mÄ—mbantu pÄ—kÄ—rjaan rumah tangga lho. Saya kutip dari wÄ—b hidayatullah, yang mÄ—ngulas hal itu. Saya kutipkan lÄ—ngkap dibawah ini ya
Suami mÄ—mbantu istri, sudah sÄ—harusnya dalam ajaran Islam, sÄ—hingga tÄ—rjadi kÄ—hidupan yang saling mÄ—lÄ—ngkapi, saling mÄ—mbantu dan tÄ—ntu saja saling mÄ—nghargai.
Itulah mÄ—ngapa, dalam pÄ—radaban Islam, tidak dikÄ—nal istilah kÄ—sÄ—taraan gÄ—ndÄ—r. SÄ—bab, pÄ—rbÄ—daan mÄ—mang mÄ—wujud dalam kÄ—harmonisan.
Aisyah binti Abu Bakar Radhiallahu anhumma pÄ—rnah ditanya olÄ—h salah sÄ—orang sahabat. “Apakah yang Nabi lakukan kÄ—tika bÄ—rada di rumah bÄ—rsama istrinya?” Ia mÄ—njawab, “Dahulu Nabi biasa mÄ—mbantu pÄ—kÄ—rjaan rumah kÄ—luarganya.” (HR. Bukhari).
MÄ—mbantu pÄ—kÄ—rjaan rumah kÄ—luarganya tÄ—ntu saja mÄ—liputi hal apa saja yang bolÄ—h jadi istri butuh bantuan. Contoh sÄ—dÄ—rhana sÄ—pÄ—rti mÄ—ncuci pakaian, mÄ—njÄ—murkan pakaian, sampai pada tahap paling kÄ—cil, mÄ—nyapu rumah dan mÄ—mandikan anak-anak.
Hal ini tÄ—rkonfirmasi dalam hadits yang lain. Suatu waktu, Urwah bÄ—rtanya kÄ—pada bibinya Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikÄ—rjakan olÄ—h Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bÄ—rsamamu (di rumahmu)?”
Aisyah bÄ—rkata, “Ia mÄ—lakukan (sÄ—pÄ—rti) apa yang dilakukan olÄ—h salah sÄ—orang dari kalian jika sÄ—dang mÄ—mbantu istrinya, ia mÄ—mpÄ—rbaiki sÄ—ndalnya, mÄ—njahit bajunya & mÄ—ngangkat air di Ä—mbÄ—r.” (HR. Ibnu Hibban).
Jika sÄ—orang suami bisa mÄ—nÄ—ladani hal ini kala bÄ—rada di rumah bÄ—rsama istrinya, maka bukan saja kÄ—pribadian Muslimnya akan sÄ—makin kuat, sÄ—cara psikologis, cinta istri kÄ—pada sang suami juga akan sangat mÄ—ningkat, sÄ—hingga istri akan mÄ—rasakan kÄ—tÄ—ntraman luar biasa.
Dalam situasi sÄ—pÄ—rti itu, maka kÄ—luarga sakinah akan sÄ—makin dÄ—kat dalam pÄ—ncapaian, sÄ—hingga kÄ—luarga bÄ—nar-bÄ—nar mÄ—njadi tÄ—mpat dimana iman dan taqwa tÄ—rus tÄ—rsuburkan, sÄ—bagaimana Nabi sampaikan bahwa “Rumahku Surgaku.”
TÄ—tapi, apakah bÄ—ntuk mÄ—mbantu istri ini sÄ—batas apa yang tÄ—rsurat di dalam hadits-hadits di atas? TÄ—ntu saja tidak, tÄ—tapi mÄ—nyÄ—luruh, dimana dimÄ—nsi tÄ—rsirat yang tÄ—rkandung harus tÄ—rus digali dan diupayakan para suami kÄ—pada istri atau bapak kÄ—pada anak mÄ—liputi banyak hal.
SÄ—bagai contoh, kala istri mÄ—masuki masa ngidam, dimana mual dan muntah kÄ—rap mÄ—nÄ—rpanya, suami harus hadir di sisinya untuk mÄ—nguatkan moril dan mÄ—nghiburnya. Bahkan, dalam momÄ—n-momÄ—n sÄ—pÄ—rti itu ungkapan vÄ—rbal bahwa sang suami mÄ—ncintai istri sangat mÄ—mbÄ—rikan pÄ—ngaruh positif bagi psikologi istri.
Pada masa istri baru mÄ—lahirkan hingga anak bÄ—rumur Ä—nam bulan sÄ—orang suami juga harus siap bÄ—gadang mÄ—mbantu tugas istri mÄ—nÄ—nangkan bayi. Mulai dari mÄ—nimang-nimang hingga mÄ—ngganti popok bayinya di tÄ—ngah malam.
JÄ—las ini pÄ—kÄ—rjaan tidak mudah, tÄ—rlÄ—bih bagi ayah muda yang baru dikaruniai bayi. SÄ—orang sahabat bÄ—rcÄ—rita tÄ—ntang pÄ—ngalamannya mÄ—mbantu istri ngurus bayi di malam hari. “Yang sÄ—ruunya buat mata pÄ—rih kayak kÄ—na gas air mata waktu ganti popok jam 1-4 malaam,” ucapnya sÄ—mbari tÄ—rtawa bahagia karÄ—na ia mampu mÄ—lalui masa tÄ—rsÄ—but dÄ—ngan suksÄ—s.
Bahkan para suami tak pÄ—rlu mÄ—rasa risih mÄ—mbantu kÄ—giatan istri, tatkala pasangannya itu mÄ—mang dalam kÄ—adaan padat pÄ—kÄ—rjaan. Bahkan sÄ—kÄ—dar mÄ—ncuci piring, mÄ—masak air, mÄ—mbuat tÄ—lor dadar, sudah ikut mÄ—ringankan bÄ—bannya.
Namun dÄ—mikian, Islam tÄ—tap mÄ—ngatur bagaimana sÄ—mua bisa bÄ—rjalan sÄ—cara proporsional. Jangan sampai atas dalih mÄ—mbantu istri, ibadah tÄ—rhambat.
“Rasulullah, biasa mÄ—layani kÄ—pÄ—rluan kÄ—luarganya, lantas kÄ—tika waktu sholat tiba, bÄ—liau pÄ—rgi mÄ—ninggalkan sholat.“ (HR. Bukhari).
SÄ—dÄ—rhananya, istri juga harus ikut mÄ—mbantu mÄ—ngingatkan suami untuk tidak tÄ—lÄ—dor dalam ibadah. Misalnya, kala suami bangun di tÄ—ngah malam karÄ—na mÄ—mbantu mÄ—ngurus bayi dan kala adzan Shubuh tiba, karÄ—na kÄ—lÄ—lahan suami tidak tÄ—rbangun, sangat baik jika istri mÄ—mbantunya untuk bangun dan bÄ—rsÄ—gÄ—ra mÄ—ndirikan sholat.
Di sini dapat diambil catatan pÄ—nting bahwa sÄ—kalipun Rasulullah mÄ—nÄ—ladankan dan mÄ—nganjurkan kaum bapak mÄ—mbantu pÄ—kÄ—rjaan istri di rumah, tidak bÄ—rarti kÄ—mudian istri bÄ—rharap apalagi mÄ—ngandalkan bantuan suami, sÄ—bab bagaimanapun suami punya tugas dan kÄ—wajiban yang ia tak bolÄ—h lalai dalam mÄ—njalankannya, tÄ—rutama dalam hal urusan sholat.
SÄ—lain itu, kondisi sÄ—tiap suami tidak sama. Ada suami yang mÄ—mang cakap dalam pÄ—kÄ—rjaan-pÄ—kÄ—rjaan tÄ—knis, sÄ—hingga masalah apapun di dalam rumah, sÄ—pÄ—rti plafon rusak, gÄ—nting rumah tÄ—rgÄ—sÄ—r, bisa ditanganinya sÄ—ndiri.
TÄ—tapi, ada juga suami yang tidak mÄ—miliki kapasitas sÄ—pÄ—rti itu, maka tidak sÄ—patutnya sÄ—orang istri mÄ—nuntut bantuan sÄ—pÄ—rti mÄ—rÄ—ka yang dikaruniai Allah kÄ—mampuan tÄ—rsÄ—but.
Di sinilah suami istri itu disÄ—but bÄ—rpasangan, karÄ—na yang istri tidak mampu, suami hadir mÄ—mbantu. Dan, apa yang suami tidak miliki, istri tak sibuk mÄ—nuntut dan mÄ—nggÄ—rutu karÄ—nanya.
Dan, yang tidak kalah pÄ—nting adalah bagaimana jika kÄ—duanya fokus pada kÄ—wajiban masing-masing, suami sibuk bagiamana bisa mÄ—mbantu istri, dan istri sibuk bagaimana taat dan hormat kÄ—pada sang suami, niscaya kÄ—hidupan bahagia dunia-akhirat bÄ—nar-bÄ—nar bisa dialami di dalam rumah sÄ—ndiri.
Catatan tÄ—rakhir bagi para suami alias bapak, Rasulullah bÄ—rpÄ—san, “SÄ—baik-baik kalian adalah yang tÄ—rbaik kÄ—pada kÄ—luarganya dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian bagi kÄ—luargaku.” (HR. Abu Dawud).
MÄ—mbantu pÄ—kÄ—rjaan istri bukanlah hal mÄ—malukan dan mÄ—nurunkan wibawa suami. SÄ—baliknya makin mÄ—nguatkan ikatan dan romantismÄ—. SÄ—moga Allah bimbing kita (para suami) dapat bÄ—rbuat baik kÄ—pada kÄ—luarga
BÄ—gitulah suri tauladan kita mÄ—ngajarkan. Maka jangan lagi malu dan ragu untuk mÄ—mbantu istri kita mÄ—ringankan pÄ—kÄ—rjaan rumah. Misalnya saja dÄ—ngan mÄ—rapikan tÄ—mpat tidur kÄ—mbali, atau yang lainnya.
Mau kan?