Tolong Dibaca Biar Nggak Jadi Generasi Mecin Ya!!! Sering di Anggap Bisa Bikin Goblok, Benarkah Mecin Berbahaya Untuk Tubuh? Ini Dia Penjelasannya:

Tolong Dibaca Biar Nggak Jadi Generasi Mecin Ya!!! Sering di Anggap Bisa Bikin Goblok, Benarkah Mecin Berbahaya Untuk Tubuh? Ini Dia Penjelasannya: 

Kíds jaman now seríng díbílang sebagaí generasí mecín. Makanya banyak yang berkelakuan "bodoh" dan aneh-aneh. Tapí apakah benar mecín ítu bísa bíkín kíta bodoh dan berbahaya untuk kesehatan? Dí bawah íní dapat Anda baca penjelasan tentang hal tersebut.

Selama íní banyak orang beranggapan bahwa monosodíum glutamat (MSG) atau vetsín alías mecín berbahaya bagí tubuh. Bahkan ada anggapan orang bísa bodoh karena kebanyakan mengkonsumsí mecín.

Namun, sebenarnya MSG aman untuk díkonsumsí dalam makanan seharí-harí. Berbagaí mítos tentang efek sampíng darí MSG tídak memílíkí buktí ílmíah yang kuat. Sehíngga badan pengawasan makanan sepertí US Food and Drug Admínístratíon (FDA) menggolongkan MSG sebagaí bahan yang secara umum aman.


Sepertí dílansír darí BBC.com, MSG sebagaí bahan yang bísa memberíkan rasa guríh memang díakuí kebenarannya. Akan tetapí, efek negatíf dalam penggunaan MSG muncul karena ada beberapa orang memílíkí alergí terhadap bahan-bahan tertentu. Sepertí orang ítu mengalamí alergí terhadap bulu kucíng, debu, serbuk bunga, dan sebagaínya. Untuk orang sepertí mereka, MSG ítu tídaklah aman díkonsumsí.

Apa ítu MSG?

Monosodíum glutamat adalah garam natríum darí asam glutamat. Glutamat termasuk dalam kelompok asam amíno non esensíal penyusun proteín yang terdapat juga dalam bahan makanan laín sepertí dagíng, susu, keju, ASÍ, sayuran dan sebagaínya.

Ketíka dítemukan pertama kalí oleh profesor kímía Jepang Kíkunae Íkeda darí Uníversítas Tokyo pada tahun 1908, MSG adalah garam yang palíng stabíl yang terbentuk darí asam glutamat, dan salah satu yang terbaík dalam memberíkan rasa guríh atau umamí dalam bahasa Jepang.

Umamí atau guríh mecín íní dalam perkembangannya telah díakuí sebagaí rasa dasar kelíma selaín manís, asín, asam dan pahít. Penemuan mecín oleh Íkeda díawalí ketíka día berhasíl memísahkan glutamat (sumber umamí) darí rumput laut jenís kombu yang umum díbudídayakan dí Jepang sebagaí bahan pembuat dashí.

Dengan menambahkan natríum, salah satu darí dua unsur dalam garam meja, memungkínkan glutamat dístabílkan menjadí bubuk dan bísa dítambahkan ke dalam masakan, sehíngga menghasílkan monosodíum glutamat dan membuat Íkeda menjadí orang yang amat sangat kaya.

Penelítían efek MSG

Penelítí Washíngton Uníversíty Dr John W Olney menemukan bahwa menyuntíkkan monosodíum glutamat dalam dosís besar dí bawah kulít tíkus yang baru lahír menyebabkan perkembangan bercak jaríngan matí dí otak. Ketíka tíkus-tíkus íní tumbuh menjadí dewasa pertumbuhan mereka terhambat, mengalamí obesítas, dan dalam beberapa kasus menjadí mandul.

Olney juga mengulangí studí pada bayí monyet rhesus, memberíkan MSG secara oral, dan mencatat hasíl yang sama. Tetapí dí 19 penelítían laínnya pada monyet oleh penelítí laín gagal menunjukkan hasíl yang sama atau bahkan persís.

Dalam upaya untuk meredam masalah íní, pada tahun 1995 FDA menugaskan Federatíon of Amerícan Socíetíes for Experímental Bíology untuk menelítí semua buktí yang tersedía dan memutuskan apakah MSG benar-benar racun dalam makanan atau tídak.

Sebuah studí pada tahun 2000 mencoba untuk mengetahuí lebíh lanjut dampak MSG dengan menelítí 130 orang yang menggambarkan dírí mereka sebagaí reaktíf terhadap MSG. Orang-orang sehat pertama-pertama díberí dosís MSG tanpa makanan, atau díberíkan plasebo (efek bohongan).

Jíka ada yang mencapaí angka dí atas level tertentu pada daftar 10 gejala karena MSG, mereka díují lagí dengan dosís atau plasebo yang sama untuk melíhat apakah reaksí mereka konsísten.

Mereka juga díují dengan dosís yang lebíh tínggí untuk melíhat apakah gejalanya meníngkat. Setelah beberapa ujían ulang, hanya dua darí 130 subjek yang menunjukkan reaksí yang konsísten terhadap MSG dan bukan plasebo.

Tetapí kemudían, ketíka mereka díují lagí dengan MSG dalam makanan, reaksí mereka berbeda. Hal íní meragukan valídítas sensítívítas seseorang terhadap MSG.


Toksísítas atau tíngkat racun glutamat sebenarnya sangat rendah. Seekor tíkus bísa mengkonsumsí dosís 15-18 gram per kílogram berat badannya sebelum terkena rísíko matí karena keracunan glutamat. Baru-baru íní juga díketahuí bahwa bayí tíkus sangat sensítíf terhadap efek MSG.

Jadí efek sampíng MSG tídak memílíkí buktí ílmíah yang kuat sehíngga FDA menyatakan penambahan MSG dalam makanan secara umum díakuí aman. 

Setelah membaca penjelasan dí atas. Darí manakah sebenarnya "keuníkan" tíngkah laku generasí mecín íní ya??

Tolong bagíkan ínfo íní ke teman, kerabat, dan keluarga Anda.

Sumber: Food Grade

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel