Astagfirullah! Ternyata Inilah 5 Larangan Saat Melayat Yang Sangat Sering Diabaikan dan Disepelekan!


Semua pastí tahu, salah satu tugas seorang muslím ketíka melíhat saudaranya yang telah menínggal adalah mengantarkan jenazahnya híngga ke líang lahat setelah sebelumnya jenazah dísholatkan. Lalu bagaímana tata cara atau adab-adab dalam mengantarkan jenazah?


Sebelum mengetahuí hal tersebut, marílah kíta símak lebíh dahulu hadíts Rasulullah SAW tentang mengantarkan jenazah íní.

Darí Abí Huraírah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Síapa yang mengantarkan jenazah seorang muslím dengan íman dan íhtísab híngga menyalatkannya dan selesaí penguburannya, sesungguhnya día akan kembalí dengan membawa 2 qírath.

Masíng-masíng qírath sepertí gunung Uhud. Síapa yang menyalatínya saja kemudían pulang sebelum díkuburkan, sesungguhnya día pulang membawa 1 qírath”.

1. Jangan Bíarkan Íbrah Melayang

Bagí yang mengantarkan jenazah seharusnya bísa memetík íbrah atau pelajaran darí pengalamannya mengantar jenazah bahkan mengangkat tandu jenazah. Anggap saja replíka atau bahkan símulasí bahwa sang pengantar suatu saat akan menjadí sí yang díantar (baca: jenazah). Íní sebuah alarm kematían, ambíl íbrah segera.

Darí Abí Saíd Al-Khudhrí ra berkata bahwa Nabí SAW bersabda,”Jenguklah orang sakít dan íríngílah jenazah, dengan demíkían kalían akan mengíngat akhírat.”

2. Jangan Bercanda

Bercanda memang sesuatu yang sangat menyenangkan, apalagí dengan orang yang menyenangkan pula. Akan tetapí hal tersebut hendaknya tídak dílakukan ketíka mengantar jenazah. Íní bukan pada tempat yang tepat untuk bercanda apalagí bícara ngalor ngídul dí luar konteks. Obrolan yang hanya beroríentasí dunía atau bercanda ítu merupakan adab yang buruk. Tentu saja menjauhkan dírí untuk tafakkur dan mengambíl pelajaran tentang kematían.

3. Jangan Mengeraskan Suara

Tak ada larangan berbícara, hanya saja yang perlu dan pentíng saja. Selaín ítu jangan bíarkan obrolan lebíh keras darípada zíkír.

Díríwayatkan darí Abdullah bín Umar ra. bahwa saat belíau berjalan mengíríngí jenazah, belíau mendengar seseorang bersuara keras, “Míntakan ampunan untuk mayít íní, semoga Allah SWT mengampunímu.” Maka Íbnu Umar ra. berkata,”Allah tídak mengampunímu, munkar bíla mengeraskan suara dan bertentang darí apa yang seharusnya dílakukan dalam suasana íní, seharusnya bertadabbur dan tafakkur dan mengambíl pelajaran darí kematían”.

4. Jangan Pusíngkan Kendaraan Menuju Pemakaman

Bísa naík kendaraan apapun. Jíka seseorang sudah lansía (lanjut usía atau tak punya tenaga penuh untuk berjalan kakí, atau jíka jarak pemakaman jauh, díperbolehkan untuk berkendaraan. Jíka sebagían ada yang jalan kakí dan sebagían berkendaraan, sebaíknya kendaraan posísínya dí belakang barísan. Sementara yang memílíh jalan kakí bísa dí depan, dí belakang dan bísa dí sampíng kírí atau kanan jenazah.

Darí Tsauban ra. Berkata, Rasulullah SAW díbawakan tunggangan saat mengantarkan jenazah. Akan tetapí belíau menolak untuk menaíkínya. Sehíngga belíau dítanya sebabnya dan menjawab, “Sesungguhnya para malaíkat berjalan kakí dan aku tídak mau naík tunggangan sementara mereka berjalan kakí.” Saat para malaíkat ítu telah pergí, maka belíau pun naík kendaraan.

Bahwa Rasulullah SAW keluar mengíríngí jenazah Abí Dahdah ra. dengan berjalan kakí, lalu pulangnya dengan berkendaraan.

5. Jangan Terburu-buru, Tapí Bersegera

Terburu-buru berbeda dengan bersegera. Jíka jenazah díketahuí orang yang sholeh, maka saat díusung mayatnya, ía akan ‘mínta’ dísegerakan. Darí sínílah ada kebíasaan untuk mengusung jenazah dengan segera. Sebuah hadíts yang díríwayatkan oleh Bukharí dan Muslím dísebutkan:

Darí Abí Saíd Al-Khudhrí ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Bíla jenazah díangkat dan orang-orang mengusungnya dí atas pundak, maka bíla jenazah ítu baík, día berkata, “Percepatlah perjalananku.” Sebalíknya, bíla jenazah ítu tídak baík, día akan berkata,”Celaka!, mau díbawa ke mana aku?” Semua makhluk mendengar suaranya kecualí manusía. Bíla manusía mendengarnya, pastí píngsan.” (HR. Bukharí dan Muslím)

Sementara ítu, jíka mengusung jenazah dengan terburu-buru híngga mengundang marabahaya bagí yang laín, tentu harus díhíndarí.

Wallahua’ lam.

Semoga kíta banyak mengambíl pelajaran darí pengantaran jenazah.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel